Puisi Hardho Sayoko
Bukan sayap terkembang di bahu
saat awan di langit memeta rindumu
biarlah mereka mengeja dengan kata
jangan bersungut jika tak jumpa
Banyak gelimang darah tumpah di bumi
karena berebut kerling jelmaan bidadari
bukankah hati sebenarnya awal muara?
sebelum terpedaya catatan di meja
Angin taman ramah menyapa bayang-bayang
; Wahai penyajak mana sudut bumi sesungguhnya
jika hanya sepanjang jengkal begitu ujudnya
rembang petang berlalu awan berlabuh di telaga
BSB, 19072010-Jakarta, 20072010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar