Puisi Hardho Sayoko
Kau masih mengaku segagah matahari
meski bayangmu cuma tegar di padang mimpi
tak malu mengaku jelmaan Daud
ketika kata dianyam jadi dengung anak puisi
Meski sejatinya mereka pemilik hari depan
tapi tanpa malu kau kangkangi sendiri
biar matahari tak pernah berkhianat
kau masih mendekap segepok kunci
menahan mereka di lenguh sudut bumi
Disini kau terhenyak menatap hitamnya tanah
walau mahkota di kepalamu hanya daun nangka
usai mentari memberi isyarat lewat bias awan
; di atas langit sejatinya ilusi dan gemerlap angan
Muara, 19072011
Jakarta, 20072010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar