Puisi Hardho Sayoko
Retak tanahku siapa punya? Ketika sungai diseteru desir
dan reranting yang berjuntai telah kehilangan berahinya
para kerabat hanya menatap rembulan di cakrawala
setelah terbakar matahari siang yang kelu dan jumawa
hanguskan sisa harap yang berjuntai di luar jendela
di mana bakal terjumput sisa mimpi berangkat senja?
Getirnya sepi terpeta hingga gerbang sudut kota
lewat debu-debu yang luruh dari dahan cemara
di pelataran stasiun burung-burung berburu cinta
telah makin memudar kehijauan dan kerinduannya
hari-hari tinggal keramahan yang terpaksa
suara peluit kereta api mewakili yang terbata
Retak tanahku siapa punya? Ketika sungai menangisi alir
dan reranting yang berjuntai telah hangus gapai sisa usia
para kerabat satu persatu entah di mana membidik angannya?
setelah tersekat jarak dan waktu yang terbentang sia-sia
membius lewat sisa kelu yang sering membakar dada
memasung bayang dalam rindu di tanah kembara
Kedunggalar, 10 Juli 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar