Puisi Hardho Sayoko
Jangan bicara tentang hitungan hari diseteru mimpi
pedih meratapi santapan burung gagak dari sisa gapai
usai menimang bulan bukankah tak lagi ada desah elegi
terpulas senyum matahari menjulur dari balik jerajak
lihat hijau dedaunan menyambut indahnya musim semi
celah langit malam pun tak terdengar Rahu menyeru gerhana
kerjab bintang senantiasa menghadirkan berjuta keajaiban
Meski telah berpuluh tahun ngembara di beribu benua
kibarkan bendera kumal dengan galah butut mendekap luka
jika masih pesakitan tetap kehilangan perasaan merdeka
hanya pecundang tak berhak memasang medali di dada
sebelum mampu mengurai isyarat di rahang bianglala
Jangan sesali hitungan kelu pernah jadi tamu
pun jangan gamang pada panjangnya kerak harap
batang anggur saat musim gugur tak pernah gelisah
meski daunnya direnggut angin hingga tanpa tersisa
bukankah pemabuk meratap karena tersangkut sedak
belajarlah pada tarian bayang di tebing bebukitan
jika engkau tak ingin mengulang berbagai alpa
; bukankah kemarin sejatinya awal kembaraan
Kedunggalar, 2008-1 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar