Jumat, 22 Juli 2011

PEREMPUAN JENTERA

Puisi Hardho Sayoko

Memetik kuntum harap dari ranting mimpi
menabur butir gelisah sepanjang gapai
tak peduli matahari lelah mengejar anak kabut
jika rindu senantiasa pagut lintasan musim
kilau embun pun diterjemahkan bisik puisi
padahal  nasib bermain  di papan catur
mengapa hari-hari  terhias lengkung pelangi
menimba airmata dengan senyum tergasi

Sendiri tak lekang bercermin bayang
riak permukaan berlaksa kilau cahaya menari
tak bosan sepi mengeja  awan di rintik gerimis
telunjuk terlingkar rindu tak pasti
di luar sumbu jemari badai mengintai

Tak sesal jika kemarin telah memilih
perjalanan sejatinya  cuma susunan kancing baju
jengkal demi jengkal terus merayap kelilingi bumi
maka jangan coba alihkan bidikan busur
; belum terlambat jika lusa ingin memutar jentera lagi
bukankah sebelum detak jeda semua bisa saja terjadi
karena hanya  angin paham kesiurnya sendiri


Sengkurong, 20 Juli 2010-Kedunggalar, 29 Agustus 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar