Puisi Hardho Sayoko
Menatap jentera rembulan gemetar
menyulam pagut sepi lewat dawai gitar
tak ada galau menjelma pelangi di kakilangit
kesiur angin tak selamanya hunus butiran kelu
setiap gorden jendela terpasung kepedihan
jika hutan jati memeta indahnya kenang
Jika jarak merentang sembabnya gigil kangen
jangan jerat tarian bayang di riak permukaan
lintas waktu menabur mimpi dari lelangit kamar
Berkejaran anak-anak harap di antara gerimis
musim demi musim selalu merekam bait doa
tak ada harap menguap karena cahaya matahari
sepanjang bait puisi masih dalam genggaman
bukankah karena jengkal akhirnya gapai berakhir
mengapa memanja desah jika cuma dendang
Jerudong Park 20 Juli 2010-Kedunggalar 28 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar