Puisi Hardho Sayoko
Lelah memilin indahnya mimpi sisa malam
setiap embun mengecup permukaan daun pisang
luka bertimbun nanah membukit kelu di dada
kepedihan tak beda dengan lezatnya tetes madu
setelah berbagai isyarat langit selalu mereka abaikan
; para penerus sudah lama kehilangan gapai
dikutuk matahari karena memalsu sejarah
jika kerut pipi adalah padang tandus tamsilnya
retina tak lagi temukan mekarnya kuntum harap
goyah berpijak kaki bila tangan meraup angan
; seorang pembual tak bosan mengincar bintang
di atas punggung jongos tak malu menjulurkan lidah
Karena engkau sejatinya kuntum bunga surgawi
maka seharusnya rumpun tetap terjaga aromanya
namun jika mereka telah tak peduli kejelitaanmu
apakah bukan hanya merajut keajaiban di bingkai purnama
bagai pinisi belah kemudi dan robek layar sebelum dermaga
; oi perempuan tak pernah renta penunggu bumi serpihan surga
apakah anak cucu kelak hanya terwarisi dongeng dan nostalgia?
Kedunggalar, 3 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar