Jumat, 22 Juli 2011

PEREMPUAN DUKANA

Puisi Hardho Sayoko


Lelah memilin indahnya mimpi  sisa malam
setiap embun mengecup permukaan daun pisang
luka bertimbun nanah membukit kelu di dada
kepedihan tak beda dengan lezatnya tetes  madu
setelah berbagai isyarat langit selalu mereka abaikan
; para penerus sudah lama kehilangan gapai
 dikutuk matahari karena  memalsu  sejarah

Tak bermakna airmata meski  meniru aliran sungai
jika kerut pipi adalah padang tandus tamsilnya
retina tak lagi temukan mekarnya kuntum harap
goyah berpijak kaki bila tangan meraup angan
; seorang pembual tak bosan mengincar bintang
di atas punggung jongos  tak malu menjulurkan lidah

Karena engkau sejatinya kuntum bunga surgawi
maka seharusnya rumpun tetap terjaga aromanya
namun jika mereka telah tak peduli kejelitaanmu
apakah bukan hanya merajut  keajaiban di bingkai purnama
bagai pinisi belah kemudi dan robek layar sebelum dermaga
; oi perempuan tak pernah renta penunggu  bumi serpihan surga
apakah anak cucu kelak hanya terwarisi dongeng dan nostalgia?

Kedunggalar, 3 Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar