Puisi Hardho Sayoko
Meski tak berbilang memilin rindu
dari rentang sisa mimpi selalu saja tergerai
mengapa desau angin bukit tak juga bersapa
halimun sepanjang musim tak lelah bertamu
lelata bayang terpasung sunyi ?
lirih bisikmu terbawa angin ke tengah rimba
Jika esok anak kabut masih belum lelah tawarkan galau
selain wanginya kuntum harap dan merdunya bait puisi
apa harus direntang saat membidik bayang di celah mega
Perempuan bertopi anyaman bambu
piijar menatap awan di lengkung cakrawala
saat angin rembang petang bersapa
mengirim harumnya aroma bunga tebu;
abang, bila musim giling tiba
suntingkan sekuntum bunga di telinga
Kedunggalar, 16 Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar