Puisi Hardho Sayoko
-Istriku Praasti Andriani
Dua puluh satu Desember berulang terjurai seolah tanpa kehadiran tuarang
kehijauan semarakkan lintas musim semi cakrawala membingkai mentari siang
gemerlap bintang malam-malam tak gamang pada barisan anak kabut di bukit
gerimis pun tak sembabkan demaun pohon di rimba jati pinggir pedesaan
seperti susunan mozaik bianglala selalu biaskan indahnya harapan
Entah berapa kali kue tar dan nyala lilin tertiup penuh harap
sementara doa-doa teralun lewat rentang bingkai cakrawala
mekar bersama kelopak mawar di taman samping beranda
tebarkan aroma cinta terbawa desau angin ke segala penjuru
Dua puluh satu Desember berapa kali mengulang indahnya kenangan
dalam lintas pendakian walau tak pernah memahami kapan tiba di ujung
betapa catatan demi catatan tak selamanya erat terkait bagai untaian tasbih
meski kuncup telah bermekaran sepanjang hitungan pergantian tahun
gerbang cinta selalu tegak menandai sobekan kelender di ruang tamu
Kedunggalar, 21 Desember 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar