Puisi Hardho Sayoko
Mengendarai gugus mega taburkan rindu
setelah di palung langit bertapa sepanjang musim
menganyam kesetiaan dengan cahaya rembulan
matahari hunus berjuta keraguan selepas mimpi
tak peduli bintang gemerlap hiasan bingkai malam
Oi lelakiku kenapa kau tikamkan kegelisahan di ulu hati
padahal hari-hari tak pernah terpercik noktah khianat
kecuali indahnya harap senantiasa bermekaran
bukan janji terucap kecuali desah dari bibirmu
Jika memilih biarlah seperti saat mulai menapak
ketimbang seperti sekarang hanya dusta mencuat
setiap menyaksikan bayang-bayang tak dapat mengelak
menunggu tulusnya cerih maaf tak berkesudahan
sebelum rahang kelu melumatnya diam-diam
Kedunggalar, 18 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar