Puisi Hardho Sayoko
Kita sering berdebat tentang matahari
padahal saat langit membentuk awan
semua belum paham caranya mengurai
juga usai bersitegang tentang penyajak
bersikeras kata bisa jelma jadi prahara
meski belum pernah jumput satu judul puisi
merontokkan rembulan di permukaan bumi
pipimu memerah melirik bibirku julurkan lidah
tapi tak pernah membuat engkau jadi sekutu
menemani bersulang dan menggoyang isinya
kecuali saling meremas jemari tangan setiap jumpa
berbagi harap dan mimpi terhias keringat bianglala
Kita sering berbincang tentang anak-anak
padahal tidak tahu apa nanti jenis kelaminnya
apakah penurut atau malah meresahkan orangtua
nyatanya kita tak jemu berencana menamai mereka
bersitegang setelah letih merenda angan kosong
bersumpah palsu tak malu mengaku kekasih paling setia
sebelum berkendara desah mendaki indahnya senja
Jakarta, 26 Nopember 2008-Kedunggalar, 8 September 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar