Puisi Hardho Sayoko
Mengaca bulan di teduh matamu wahai jelma kejora
setelah rekah senyum terpulas manisnya sari bunga
jika wangi anak-anak rambutmu terbawa angin bukit
segenap penjuru beranda terhias aroma surga
silhuet merindu kenang saat sendiri tawarkan ronta
; bila sepi bentangkan gelisah hingga di luar jejaknya
Jika tak urai dalam baris sajak pasti bukan cumbu semata
seperti dengung suara kumbang jelang embun ngembara
cahaya mentari meniti lengkung langit hingga senja jingga
kekasih ulurkan jemari dari celah lapisan awan di atasnya
sepasang merpati terbang beriring menuju sarangnya
Bening wajahmu bagai riak telaga di kaki gunung
walau tercium dahaga tak terperi lewat desah nafas
betapa ingin basahi tebing ladangmu di retak kesumba
engkau selalu menggeleng karena memilih bau cintaNya
membiarkan beribu putaran waktu tergilas gerak jentera
; sejatinya semu segala saat tarian tasbih makin bermakna
Rumah Sakit Karang Menjangan Surabaya, 24 Oktober 2010
Kedunggalar,27 Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar