Puisi Hardho Sayoko
Angin menepis sisa gerimis seraya tawarkan dahaga
pintu hotel tergantung anak kunci lirih pantulkan sapa
setelah dering telepon dibiarkan hilang tanpa gema
menyapa guramnya lampu seberang jendela apartemen
ranggaskan mimpi dan sisa keletihan seorang kembara
Rindu jelma kuda Zanggi meringkik liar penuh gempita
di luar awan jingga seperti lukisan padang-padang sabana
oi jakun pemabuk jangan hadirkan lagi pedihnya simalakama
ketika gejolak batin saling bersitegang ingin jadi penglima
Jika bukan kau siapa sudi menepis busa anggur dan cinta
lihatlah gorden jendela menyambut angin awal kemarau
setelah parfum yang menyengat tertindih harumnya mawar
kekasih kendati hanya lewat gerak bahu dan kedipan mata
ternyata surga seperti hidangan buah anggur di meja
Denpasar - Bandar Lampung – Kedunggalar, 16 Juli 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar