Puisi Hardho Sayoko
Lengkung cakrawala menebar rindu lewat tarian anak hujan
sangsai dalam sembabnya kelu di ujung waktu jelang istirah
di antara deru mesin tua angin berdesah mesra sepanjang jalan
tak ada bisik kali ini ketika mentari tersangkut di sela juluran dahan
gemetar bayang entah sembunyi di mana saat senja melambai
di tepian pepohonan jati jelma serdadu lapar menghunus sangkur
Jika sepi telah bersekutu dengan kegelisahan di kembaraan
selain pedih desah dan bait ilusi apa lagi engkau harapkan
mungkin manisnya senyum di bibir saat payung terkembang
gemetar tangan bila terbelai dan putik harap menyelip angan
cursor berkedip selalu mengeja debar di awal perjumpaan
Di tebing jauh raut wajahmu masih saja jelas terpeta
walau telah lusuh terselip di antara mika dan kartu nama
tak pernah abadi kecuali jejak sang pengecat bianglala
jarum arloji masih masih setia berputar di lengan
benang-benang puisi terus saja bergayut di langit-langit
padahal pelupuk mata telah menggapai bunga impian
Bojonegoro, 24 April 2011
Selalu indah tuk dikenang
BalasHapusdan selalu perih tuk dilupakan.
Syair Kangmas selalu menginspirasi....