Puisi Hardho Sayoko
Jika sepi hakikatnya bagai buih cairan anggur
di permukaan cawan terhidang jelang perjamuan
teteskan rindu dari lubuk cintamu, ibunda
mereka selalu dahaga meski tak tersekat galau
berkabut langit sepanjang rentang perjalanan
sembab tanpa dicumbu jejak bayang-bayang
Kuntum puisi bila terpetik dari tebing mimpi katamu
jelma suluh saat menapak luasnya hampar pengharapan
tak ada pekat kekal berselubung bakal rangaskan kehijauan
bukankah dengan isyarat segala gatra pernah ternubuatkan
ketika kun terucap sebelum mercu dan jakun terpetakan
penanda dusta menjebak leluhur lewat manisnya rayuan
Gigil resah bersilancar di permukaan
menggapai di antara gelisah ganggang
adakah suara pipit kelu memanggil, ibunda
dari sela-sela rimbun daun pepohonan
dengarlah angin mengeluh matahari tak bersalam
anak-anak gerimis bergelantung di dagu awan
Kedunggalar, 26 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar