Puisi Hardho Sayoko
Demi skala kilometer lintas jarak tersisa
melingkari kaki bukit lupa nama
kibar merah dan parau gempita
membakar awan di angkasa
resah membingkai dada
Di pesawahan padi menguning dan ladang tebu
burung-burung mengais garis kehidupannya
dipandu matahari sepanjang lintasan musim
terbentang perjalanan tak paham berakhirnya
Awan di angkasa kelu di dada
entah siapa setia merenda benang rindu
sebab meski telah berkumpar hitungan waktu
silhuet masih saja rela terpasung
kendati sepi selalu mengetuk daun jendela
Kedunggalar, 11 Juli 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar