Puisi Hardho Sayoko
Ketika silhuet yang merunduk mulai terjerat cahaya
selalu gamit yang di langit setia tebarkan berjuta pertanda
tempat para penyajak memaknai berlaksa keluh
dari jantung para penggelepar yang tergasi kejantanannya
saat peziarah mulai mengais dada bumi dengan airmata
Jika bianglala tak pernah letih mengecat kaki langit
mestinya tak ada berkerisik bila embun terbagi kemilaunya
bukankah kelam malam tak pernah menolak direjam gulita
Jika nanti tabir tersingkap dan tergelar lagi rencana
lewat matahari yang panasnya terbawa gerakan cuaca
yang tengadah tetap juga bakal tunduk menatap jejaknya
tak peduli belum sempat hitung berbagai mimpi terpetik
jika telah sampai siapa mampu menghindari jemariNya
Kedunggalar 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar