Puisi Hardho Sayoko
Waktu demi waktu pergi entah ke mana
setelah terekam sebagian perjalanannya
di pergelangan tangan yang lemah berdetak
tanpa suara tanpa kata sekadar sapa
Kau masih saja setia meniup kelopak puisi
setiap angin menggoyang daun-daun di pepohonan
katamu biar nenek yang meniup canting tidak kesepian
setelah kucing yang selama ini mengaku karib
ternyata diam-diam meninggalkan rembulan
Di pergelangan tangan yang lemah berdetak
kau masih saja terekam menggiring
waktu meski tanpa suara tanpa kata
atau sekadar sapa pada bianglala
ada bayang meongnya
Kedunggalar, 6 Juni 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar