Jumat, 22 Juli 2011

IBUNDA PEREMPUAN TERCINTA

Puisi Hardho Sayoko

Ibunda, raut wajahmu kilau purnama menghiasi bingkai cakrawala 
di gigir bukit dan lembah catatan jejakmu menjelma kelopak bunga surga
kendati wangi keringatmu terbawa angin melintasi benua dan genangan lautan
tak pernah kering dan selalu deras mengalir dari celah tebing-tebing jiwa
menghapus dahaga para diva dan pengeja isyarat bianglala dalam kembaraan


Sejuk tatap matamu Ibunda adalah riak telaga di lereng gunung
tempat putra-putramu belajar mengarungi derasnya alun kehidupan
lembut katamu bagai desah angin menyapa pepohonan di tanah ngarai
bagai agungnya cinta tak henti tercurah untuk semua jantung hatimu
di mana selalu terbuka pintu maaf segala alpa dan khilafnya
tak pernah membiarkan jadi benih dendam walau hanya noktah 

Ibunda, sepanjang hayatmu selalu menabur kudusnya benih cinta
di permukaan hati sejak mereka bertapa di rahimmu hingga dewasa
engkau tak pernah menyesal walau jasamu sering dibalas pedihnya cerca
maka jika ada penyanyi dengan meratap mengalunkan sebuah dendang
; kasih sayangmu melebihi sepenggalah cinta seorang anak pada ibunya  
maka lewat sajak sumbang ini anakmu justru memohon berlaksa maaf
karena sampai kapan pun tak kan terbalas meski tertukar bilik surga

Kedunggalar  3 April 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar