Puisi Hardho Sayoko
Pohon-pohon jati berjajar rapi
tegak meniru prajurit mengenggam perisai
rumput hijau berkilau embun di ujung dedaunan
di sini sepanjang hari kerbau dan sapi berkeliaran
pengembalanya meniup seruling penuh damai
di masa bocah bukan cerita langka
Tonggak-tonggak jati punah digali
pohonnya habis dijarah siapa peduli?
sungai tempat minum dan binatang mandi
menjelma jadi hamparan pasir dan kerikil
beraikan debu setiap berpusar angin kemarau
puluhan tahun ditinggal mengejar mimpi
Tinggal pepohonan rapuh tidak berarti
merana menuding awan di atas anak sabana
rumput sudah lama diseteru kambing dan sapi
setelah merasakan ampas tahu dan remah roti
jika masih tumbuh dibiarkan menggapai
terjumput setiap menjalin kenang di sini
Kedunggalar, 6 Juli 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar