Jumat, 22 Juli 2011

DUA PUISI HARDHO

GARIS SIMPANG

Termangu aku di sini. Matahari sebentar lagi terbenam
belum tiba di ujung langkahku kenapa dadaku bimbang
tanah pemberangkatan bukan keping masa lalu. Juga bukan
serpih kerinduan.

Gerbang di kejauhan di balik noktah. Belum terpetakan
langit menyimpan hari. Bumi bongkahkan berjuta keresahan
tergugu bagai kurcaci. Bayang-bayang menertawakan.

  --Restoran OASE, Menteng, 1984--


SAJAK PINTA

Lepaskan aku dari belenggu
raga telah letih. Batin pun berulang
mengajak khianat.

Jika beban ini karena alpa kemarin
jangan timpakan pada mereka yang dekat
biar kureguk darah azabku sendiri.

Aku tak mampu meniti hari
tanpa keluh tanpa hujat
hanya padaMu aku merintih
sebab Kau satu-satunya yang terjabat
sebab kau satu-satunya yang mengikat.

--Restoran Bakmi Gajahmada, 1983--

(Dokumen AJW, mantan jurnalis Sinar Harapan dan Suara Pembaruan)

2 komentar:

  1. Kelembutan dan geliat emosinya begitu kental di sajak-sajak lama. Sekalipun begitu, saya selalu menyukai karya njenengan kangmas.

    BalasHapus
  2. Rakai Pemanahan ; Matur nuwun atas kesediaan dhimas untuk singgah dan menyimak dua sajak lama yang amat sangat bersahaja ini. Salam puisi nan gempita senantiasa...

    BalasHapus