Puisi Hardho Sayoko
Jika merkuri di tengah jalan mulai jumawa
menyapa debu-debu di permukaan tugu di jantung kota
setelah bintang dan kunang-kunang bersekutu
dan lengkung malam terbentang di luar jangkaunya
terbayang kendati putaran waktu telah melahapnya
tak peduli saat pendakian atau ketika jeda
Tak ada lagi suara denting gelas beradu
kekeh tawa mereka yang ingin merubah dunia
teriak parau dan juga sobekan mimpi-mimpi
yang menjanjikan apa saja lewat deretan angka
pernah jadi sebagian jejak saat masih begitu belia
Jika merkuri di tengah jalan telah redup
tugu yang tegak membisu seperti biasanya
siapa yang sempat menoleh deretan waktu
yang terekam anak-anak kabut di luar jendela
meski gunung di kejauhan masih seperti dulu
tapi siapa peduli jika suatu saat alirkan magma
Kedunggalar, 27 Nopember 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar