Jumat, 22 Juli 2011

CATATAN TENTANG TEMBANG SENYAP

Puisi Hardho Sayoko


Saat waktunya istirah Kau panggil bayang kembali berserah
segarnya jiwa selalu ringkih sebelum meneguk tetes keluhnya
sejenak melupakan suara deru meraung menyangga beban
; Untuk apa berlari di terik mentari jika tak ada garis penghabisan?
untuk apa menyibak gerimis jika tak pernah terjadi perubahan?
 
Di mercu mereka tidak mau lagi khabar dan bisikan
setelah memiliki sepasang sayap untuk terbang ke rembulan
biarkan suara hati terpanggang rindu sepanjang perjalanan
terbawa kesiur angin laut dan bukit-bukit di kejauhan
menghapus jejak sepi menyerta bara kesadaran

Tempat bermukim yang semakin kuat menggapai
bayang-bayang keluarga yang setia menanti
adalah bait sajak yang tak pernah letih menari
anak kabut menjulurkan jemarinya dari sela ranting pohon cemara
ketika gemercik air memecah kebisuan di permukan lumut bebatuan

Bojonegoro -Tuban – Lamongan - Kedunggalar, 2006- 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar