Puisi Hardho Sayoko
Jangan bertanya berapa jarak harus kalian tempuh
setelah dengan selembar tiket mampu menyingkat beberapa skala
tapi bayang siapa harus dianggap jadi pesakitan di terminal nanti
jika cinta kasih dan perasaan sayang pun harus terkemas juga
padahal kecuali yang abadi di batik gugusan mega di cakrawala
yang sesungguhnya berhak memenggal mata rantai ini
tapi nyatanya kita ikut-ikutan jadi calo tidak pernah kenal saudara
ketika sambil menghapus busa di bibir mereguk sisa-sisa dahaga
yang kemarin pagi cuma jadi wacana di gerbang kedua
setelah mengawali perjalanan yang tidak tahu kapan berakhirnya
Jakarta, 16 Maret 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar